Senin, 02 April 2012

DUSTA SEJARAHKISAH KEN AROK, PERANG BUBAT &SUMPAH PALAPA

DUSTA SEJARAH 1

DUSTA SEJARAH KISAH KEN AROK, PERANG BUBAT & SUMPAH PALAPA

(Analisa Penelusuran Isi Kitab Pararaton)
Created : Ejang Hadian Ridwan

Bagian I Pendahuluan

Sungguh suatu pencaharian yang teramat sulit
dan melelahkan untuk menemukan jejak si
pembuat atau pengarang dari kitab Pararaton,
yang menjadi referensi atau sumber informasi
sejarah dan sangat mendominasi alur cerita
sejarah masyarakat Indonesia.

Setidaknya kitab ini sangat mempengaruhi
informasi dan arah sejarah nusantara tempo
doeloe. Rasanya sudah bosen menelusuri dan
mencari dari berbagai media online, buku
sejarah, tetap saja tidak ditemukan jejak asal
usul si pembuatnya.

Seperti halnya dengan kitab-kitab (red, kitab =
buku jaman lampau) yang lain, yang tidak
diketahui siapa penulisnya (anonim) dan kapan
waktu pembuatanya. Identitas dan waktu
pembuatannya seperti inilah yang terkadang
menyulitkan analisa dari kebenaran isi
kandungan materi yang disampaikannya, hal
ini dikarenakan referensi tentang latar
belakang dan tujuan penulisannya itu sendiri
tidak jelas.

Padahal seperti diketahui bahwa kitab
Pararaton, sudah seolah-olah mendarah daging
di masyarakat luas, yang merupakan cerita
sejarah nusantara masa lampu pada masa abad
ke-12 sampai dengan abad ke-15, dan bahkan
menjadi sumber inspirasi dari berbagai teori
dan buku-buku yang beredar dimasyarakat,
apakah itu buku sejarah resmi, kisah sejarah
(epik) atau hanya sekedar cerita fiksi dan
mitos.

Bahkan dalam buku-buku sejarah untuk dunia
pendidikan juga tidak lepas dari pengaruhnya.
Akhirnya menambah kekentalan dan semakin
melekat pengaruh kitab Pararaton itu terhadap
pola pikir dan pengetahuan masyarakat
tentang sejarah.

Dalam berbagai media massa dan dunia
hiburan sering mendapati cerpen, kisah-kisah
sinetron, film-film atau cerita-cerita fiksi
tentang kerajaan bahkan cerita resmi sejarah
pun mempunyai rekontruksi, alur dan muatan
yang sama dengan yang ada dalam kitab
Pararaton tersebut.

Suatu contoh kisah-kisah fiksi semisal Babad
Tanah Leluhur, Tutur Tinular, Arok Dedes dan
lain sebagainya yang pengambilan sebagian
tokoh dan alur ceritanya yang disebutkan
dalam kitab Pararaton . Bahkan banyak
budayawan serta seniman yang membuat
karya-karyanya terinspirasi dari situ juga.
Seperti halnya Pramoedya Ananta Toer yang
mengarang kisah Arok Dedes yang menurut
versi beliau adalah kisah yang didasakan pada
logika dan realistis, soalnya banyak pengarang
tentang kisah Ken Arok dan Ken Dedes
sebelumnya yang selalu tidak realistik tidak
bersifat manusiawi dan penuh mistis yang
tidak ada dasar logikanya.

Kemudian ada juga contohnya seperti acra yang
merupakan peninggalan sejarah, sering
diperlambangkan atau diibaratkan sebagai
tokoh dalam cerita Paparaton, misal Arca
Prajna Paramita yang diibaratkan sebagai
tokoh wanita rupawan Ken Dedes, dan ini
malah menguatkan tentang cerita Ken Dedes
itu sendiri, padahal acra itu sebagai wujud
perupaan sebagai media pemujaan atau
peribadatan terhadap dewa-dewi bagi para
pemeluknya, dan itu ditelan mentah-mentah
tanpa dilakukan riset dan logika pasti tentang
kebenarannya.

Sungguh teramat luar bisa, pengaruh kitab
Pararaton terhadap cerita sejarah kebangsaan
di negeri ini, padahal bukti-bukti sejarah belum
bisa menjastifikasi kebenarannya. Pramoedya
Ananta Toer mengangkat cerita Ken Arok dan
Ken Dedes melalui judul bukunya Arok Dedes,
walaupun dibuat serealistik mungkin dengan
bersandarkan ke kenyataan kehidupan yang
manusiawi, tapi ada satu hal yang terlupakan,
yaitu kebenaran dari sosok Ken Arok atau Ken
Dedes itu sendiri, bahwa apakah meraka
pernah ada dan nyata dalam sejarah. Soalnya
nama Ken Arok yang selalu dicocok-cocokan
dan dianggap sama dengan Sri Rajasa Sang
Amurwabhumi raja kerajaan Tumapel
(Singhasari versi kitab Pararaton).

Ken Dedes dengan beberapa tokoh tambahan
lainnya seperti Tunggul Ametung dan Mpu
Gandring yang terkenal dengan keris saktinya,
apakah mereka juga adalah benar-benar para
pelaku sejarah? Bukti-bukti sejarah yaitu
prasati-prasati yang ditemukan, mempunyai
kemiripan tahun dan tempat yang sama dengan
Ken Arok, mungkin bisa jadi itu sosok Sri
Rajasa Sang Amurwabhumi yang dimaksud Ken
Arok disana, mengingat dijelaskan juga
gelaran dari Ken Arok yang diangkat raja pada
waktu itu dan sama dengan yang disampaikan
kitab Pararaton, tapi apakah Ken Dedes dengan
yang lainnya ada juga bukti sejarahnya?

Apakah benar pula cerita yang menghiasi latar
belakang dan kehidupan Ken Arok itu seperti
itu adanya? (Manusia berandalan, seorang
kriminal, yang akhirnya menjadi raja besar
pendiri Wangsa Rajasa leluhurnya raja-raja
Majapahit).

Satu hal yang pasti adalah bahwa nama tokoh-
tokoh beken seperti Ken Arok, Ken Dedes,
Tunggul Ametung dan Mpu Gandring, akan
selalu menghiasi bingkai cerita-cerita
masyarakat dalam segala bentuk dan versi
terbarunya, dan mereka itu hanyalah nama-
nama yang cuma ada dalam Kitab Pararaton,
tidak ada sumber sejarah lain yang
memunculkan nama mereka.

Keris Mpu Gandring dibuat seolah-olah keris
yang mempunyai manuat, teramat sakti, berisi
kutukan dan menjadi misteri bagi mereka yang
terobsesi oleh hal-hal mistis, bahkan sering
dijadikan bahan penipuan untuk kepentingan
memperoleh keuntungan bisnis semata dengan
membawa-bawa nama besar mistis dari keris
itu sendiri. Sungguh merupakan kebohongan
dan kesesatan yang teramat nyata, tetapi
mengapa sebagian masyarakat menerima
begitu saja mitos yang tidak ada dasar
logikanya. Penerimaan itu tentu saja bisa
terjadi karena kitab Pararaton sendiri secara
keseluruhan sudah diterima dalam pola pikir
kehidupan masyarakat luas.

Pertanyaan selanjutnya, apakah tidak salah
kaprah bangsa ini dalam membesar-besarkan
kisah mereka? padahal dalam setiap
penayangan-penayangan atau tulisan-tulisan
yang dibuat selalu ada unsur-unsur sejarah
yang dimasukan, pada akhirnya sesuatu yang
asalnya dari fantasi menjadi menjelma sebagai
bentuk sejarah kebangsaan, malah menjadi
kebanggan pula.

Sri Rajasa Sang Amurwabhumi alias Ken Arok
adalah raja besar kerajaan Tumapel pendiri
dinasti raj-raja Wangsa Rajasa, yang
merupakan cikal bakal dari lahirnya kerajaan
besar sebagai penerusnya yaitu kerajaan
Majapahit. Sri Rajasa Sang Amurwabhumi alias
Ken Arok dikerdilkan sedemikian rupa oleh
cerita kitab Pararaton sebagai manusia hina
dalam pandangan masyarakat, brandalan,
kriminal, yang tumbuh jadi serorang raja
besar.

Padahal untuk menjadi seorang negarawan,
apalagi seorang raja besar yang mampu
menyatukan wilayah sebegitu luasnya, mulai
dari perbatasan Kali Brebes di Jawa Tengah
sampai ke penghujung Jawa Timur, haruslah
seorang yang punya visi dan misi
kenegarawanan, terlebih harus dapat diterima
dan didukung masyarakat luas untuk tempo
lama.

Kitab Pararaton atau sering disebut juga
dengan istilah kitab para raja (atau kitab para
datu), adalah kitab yang berisikan informasi
sejarah, ada penandaan tahun, tempat dan
nama para pelaku itu sendiri, tetapi buku ini
dirangkai dengan cerita fiksi, ada narasi atau
pengkisahan yang memicu dan mempengaruhi
emosi pembaca. Kepintaran dalam memberikan
lemparan-lemparan kisah yang dramastis, yang
sangat cocok dengan nuansa perasaan dan rasa
sentimentil masyarakat pada umumnya.
Terdapat kisah yang digambarkan secara
mistis, erotis, konflik dan lain sebagainya walau
tidak sedetail dan segamblang novel, tapi
cukup memberikan berbagai polemik
pertanyaan pada akhirnya. Ini juga yang
memicu orang untuk selalu
mengembangkannya.

Keglobalan dari cerita inilah yang menjadi
bahan inspirasi bagi para penulis lainnya.
Penandaan tahun atau waktu peristiwa tidak
selamanya cocok dengan bukti-bukti sejarah,
tapi setidaknya ini dianggap cukup menjadi
bahan referensi bagi perjalanan sejarah bangsa
ini yang teramat minim dengan dokumentasi
sejarah.

Bersambung ke bagian II

(menguaktabirsejarah.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_5038.html?m=1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...